Komisi D: Penerimaan Tradisi dan Budaya Lokal

Dr. H. Sumiran, S.Pd, M.Pd

Tradisi pada umumnya ditandai oleh kebiasaan yang terjadi dalam masyarakat yang secara turun temurun
diperingati oleh anggota masyarat tersebut yang dipandang memberi manfaat. Budaya atau kebudayaan adalah hasil
kegiatan dan penciptaan atau kreasi dari manusia. Budaya lahir dari nilai-nilai asumsi dasar atau kepercayaan, nilai-nilai
dan norma yang membentuk perilaku merasa, berfikir dan bertindak oleh masyarakat tertentu. Budaya dapat dilihat pada
artefak perilaku dan artefak fisik berupa simbol-simbul, bangunan, lagu, produk-produk kesenian dll. Artefak perilaku
budaya yang diturunkan turun-temurun akhirnya dapat membentuk tradisi.
Tidak satupun agama yang tidak mensyaratkan nilai-nilai merasa, berfikir dan berperilaku. Nilai-nilai agama
akhirnya menghasilkan artefak perilaku dan artefak simbol yang membentuk tradisi dalam masayarakat. Dalam kehidupan
agama Islam di Indonesia tradisi yang umum terjadi adalah memperingati dengan riang gembira Hari raya Idul Fitri.
Demikian juga umat Katolik yakni peringatan Natal. Setiap kehidupan beragama acara ibadah dan acara keagamaan pada
agama tertentu akan menjadi respon oleh pemeluk agama lain. Respon bisa positif atau toleran atau negative (intoleran).
Juga faktor minoritas dan mayoritas pemeluk agama juga memberikan pengaruh hubungan baik atau buruk dalam
kehhidupan keberagamaan.
Akmaluddin mencatat dari data statistik demografi, masyarakat Kabupaten Manggarai Barat menganut agama
Katolik sebesar 77 %, Islam 21 %, dan sisanya merupakan agama Protestan, Budha, Hindu, hingga Konghucu. Hasil studi
akmaludin bahwa Kehidupan sosial-keagamaan di Kabupaten Manggarai Barat, khususnya di wilayah Labuan Bajo
terpantau kondusif dan sangat menjunjung tinggi toleransi beragama.1 Hal tersebut diperkuat pernyatan Rosmini Semsi
(Kepala Seksi Pendidikan Agama Islam) bahwa kehidupan umat beragama di Manggarai Barat cukup baik dalam
hubungan kemasyarakatan, dalam acara ibadah dan acara keagamaan. Ditandai adanya saling berpartisipasi yakni pada
peringatan Hari Raya Idul fitri dan malam takbiran pemuda katolik menjaga keamanan. Demikian juga pada pawai malam
Natal pemuda Islam yang menjadi keamanan. Dalam hal makan minum apa yanga dimakan orang muslim sudah diatur
sehingga tidak bercampur dengan makanan atau minuman umat Katolik.2
Menurut Rosmini Semsi tidak ada kendala dalam pendirian musola atau masjid di Manggarai Barat walaupun
umat Islam sebagai monoritas. Pada dasarnya tujuan pendirian tempat ibadah dari pihak Islam maupun Katolik tidak untuk
meng-Islaamkan atau meng-Krestenkan. Walaupun tetap ada peran mediasi FKUB, MUI dan Simode. Satu hal yang
diyakini terjadi bahwa perkembangan Islam secara natural sebab adanya proses pola akomodasi karena perkawinan
antaragama yang membentuk hubungan keluarga (anak wina dan anak rona). Ikatan kekeluargaan kemudian sekaligus
membentuk ikatan budaya.3
Peristiwa yang unik toleransi beragama di Manggarai Barat lainnya yakni Festival Golo Koe Labuan Bajo.
Kompas.com mencatat bahwa Ribuan umat Katolik dari Keuskupan Ruteng mengikuti perarakan Patung Bunda Maria
Asumpta Nusantara di Kota Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada Minggu
(14/8/2022) malam. Menariknya, selain umat Katolik, umat Islam juga ikut dalam perarakan Patung Bunda Maria tersebut.
Mereka adalah Pemudi Fatayat NU Manggarai Barat. Mereka masuk dalam barisan bersama ribuan umat Katolik sembari
menyanyi diiringi musik. Mereka tampak khusyuk mengikuti perarakan tersebut. Ketua Fatayat NU Manggarai Barat,
Farida, dalam pernyataannya mengaku sangat senang bisa berpartisipasi dalam perarakan Patung Bunda Maria Asumpta
sebagai bagian dari Festival Golo Koe Labuan Bajo sebagai simbol untuk mempererat toleransi antar umat beragama di
Labuan Bajo.4

Sejumlah peristiwa kehidupan antar pemeluk agama khususnya Islam dan Katolik di Manggarai Barat
menggambarkan sikap toleransi yang toleran. Jumah umat beragama mayoritas dan minoritas tidak berdampak pada sikap
intoleran. Bahkan kehidupan beragama di ikat oleh adanya saling menghargai dan memperkuat tradisi pemeluk agama
yang berbeda

1. Muhammad Iqbal Akmaluddin, Catatan Dakwah di Kota “Seribu Sunset” Labuan Bajo-https://majalahnabawi.com/catatan-dakwah-di-kota
seribu-sunset-labuan-bajo/
2. Hasil wawancara Sumiran dengan Rosmini Semsi pada 14 september 2024 di MAN Manggarai Barat.
3. Ibid
4. Kompas.com: https://regional.kompas.com/read/2022/08/15/143038978/potret-toleransi-di-ntt-umat-islam-ikut-perarakan-patung-bunda-maria

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top